Sains dan matematika sebagai suatu kajian ilmu yang berangkat dari pemikiran yang rasional pada awalnya menjadi lawan dari suatu nilai yang dilandaskan pada agama (Islam). Hal ini dilihat dari sudut bahwa obyek bahasan sains dan matematika adalah materi yang berhubungan dengan pancaindra dan rasio sedangkan obyek bahasan agama adalah metafisika yang ada hubungannya dengan moral spiritual seseorang. Tujuan agama menurut Sayyid Ahmad Khan antara lain adalah meningkatkan moralitas umat manusia dan bukan menyatakan fakta-fakta ilmiah secara spesifik.
.
Ajaran agama berangkat dari wahyu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang melalui Jibril secara bertahap disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Penjelasan dan uraian yang lebih membumi kemudian wahyu itu diterangkan oleh Hadits Nabi SAW untuk diteladani, dipedomani dalam menjalani kehidupan ini.
Perkembangan berikutnya kita melihat kajian wahyu tidak lagi dibatasi pada apa yang tertulis dalam Al Quran akan tetapi ada wahyu Allah SWT dalam bentuk ciptaan-Nya Yang Maha Sempurna. Setiap gagasan, saran, pemikiran, penemuan ilmiah, tatanan sosial yang egaliter dan ditemukannya kebenaran Ilahi adalah wahyu karena ia memperkaya pengetahuan, petunjuk dan kesejahteraan manusia serta membebaskan fikiran-fikiran, moral dan emosi-emosi manusia yang tertindas oleh kekuatan-kekuatan kedzaliman, tirani dan takhayul.
Fakta di alam ini ternyata obyek kajian yang sangat menarik dan tidak ada habis-habisnya untuk ditemukan, ditelaah dan dikaji menjadi macam-macam disiplin ilmu. Fakta itu baru dapat membentuk ilmu pengetahuan dan matematika bila kita tekun berfikir antara lain mulai sejak bangun tidur, dalam perjalanan, disiang hari, sedang mengerjakan sesuatu, sedang makan, sedang membaca surat kabar dan menonton acara TV. Matematika sebagai sarana berfikir deduktif, dikatakan sebagai bahasa dan mempunyai sifat kuantitatif, lahir dari berfilsafat dan berfikirnya seseorang.
Pembahasan matematika dilakukan dengan penjabaran secara logika, melihat obyek yang pada mulanya dari suatu fakta yang kemudian secara bertahap dengan olah fikir akan berkembang menjadi suatu konsep/prinsip dan terakhir perlunya suatu ketrampilan/skill dari apa yang kita pelajari itu.
.
Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah hanya untuk ibadah kepada-Nya (QS. Adz-DZariyat 51:56), manusia menjadi hamba yang sebaik-baiknya dihadapan Allah. Pengetahuan yang ada di dalam dirinya diarahkan kepada bagaimana ia dapat meningkatkan iman dan taqwa waktu demi waktu dari umur yang dijalaninya. Ayat-ayat Kauwniyah dalam Al-Quran (kurang lebih 850 ayat menurut Quraisy Shihab) yang di dalamnya ada ayat-ayat Sains dan Matematika, menjadi basis kajian untuk menuju ke arah itu.
Persoalan yang menarik untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut adalah apakah sumbangan Matematika dalam memantapkan pengamalan ajaran Islam sehingga dengan matematika semakin berimanlah orang-orang yang beriman.
Logika Matematika Meningkatkan Kekhusyu’an Shalat
Bagi diri kita sendiri untuk menyatakan shalat kita khusyu’ tidaklah pasti karena kekhusyu’an dilihat oleh orang lain, sukar kita sendiri melihatnya. Akan tetapi barangkali ada ciri-ciri khusyu’ yang dapat kita rasakan sendiri.
Khusyu’ itu berarti merasakan bahwa diri berada di hadapan Allah SWT; perasaan takut yang senantiasa ada di dalam hati ; perasaan tunduk yang timbul di dalam hati terhadap Tuhan yang mengetahui yang ghaib. Ada enam ciri-ciri khusyu’ (shalat) yaitu kehadiran hati, mengerti antara yang dibaca dan yang diperbuat, mengagungkan Allah, merasa gentar terhadap Allah, merasa penuh harap kepada Allah dan merasa malu terhadap-Nya.
Beberapa persoalan kadangkala terlintas dalam fikiran ketika sedang shalat, sehingga indikator tidak berkonsentrasi dalam bentuk itu menyebabkan kita lupa jumlah raka’at shalat. Kondisi shalat seperti itu akan selalu terjadi bila kita mendirikan shalat (aqimu = mendirikan, sebenarnya bukan berasal dari kata qama = berdiri), tetapi hendaknya shalat secara berkesinambungan dan sempurna (menurut mufasir Al-Qurthubi).
Konsep Logika Matematika
Untuk memecahkan masalah seringkali kita menggunakan fikiran, menemukan gasasan baru dan informasi. Proses menemukan ide itu dikatakan kita bernalar. Argumentasi dilakukan untuk sampai kepada suatu kesimpulan pemecahan masalah. Kaidah-kaidah dalam logika akan mempermudah kita untuk menilai apakah suatu argumen sampai pada suatu kesimpulan adalah sah atau valid atau tidak.
Di dalam logika suatu pernyataan (statement) atau proposisi adalah suatu kalimat yang kebenaran dan kesalahannya dapat ditentukan15.
Pembahasan tentang Logika Matematika dibatasi pada beberapa terminologi dan operasi dasar yang akan digunakan serta beberapa cara pengambilan kesimpulan yang sah. Hal ini berkaitan dengan perumusan jalan fikiran dimaksudkan untuk mempermudah seseorang mempelajari liku-liku fikiran yang terdapat dalam matematika.
»» read more
.
Ajaran agama berangkat dari wahyu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang melalui Jibril secara bertahap disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Penjelasan dan uraian yang lebih membumi kemudian wahyu itu diterangkan oleh Hadits Nabi SAW untuk diteladani, dipedomani dalam menjalani kehidupan ini.
Perkembangan berikutnya kita melihat kajian wahyu tidak lagi dibatasi pada apa yang tertulis dalam Al Quran akan tetapi ada wahyu Allah SWT dalam bentuk ciptaan-Nya Yang Maha Sempurna. Setiap gagasan, saran, pemikiran, penemuan ilmiah, tatanan sosial yang egaliter dan ditemukannya kebenaran Ilahi adalah wahyu karena ia memperkaya pengetahuan, petunjuk dan kesejahteraan manusia serta membebaskan fikiran-fikiran, moral dan emosi-emosi manusia yang tertindas oleh kekuatan-kekuatan kedzaliman, tirani dan takhayul.
Fakta di alam ini ternyata obyek kajian yang sangat menarik dan tidak ada habis-habisnya untuk ditemukan, ditelaah dan dikaji menjadi macam-macam disiplin ilmu. Fakta itu baru dapat membentuk ilmu pengetahuan dan matematika bila kita tekun berfikir antara lain mulai sejak bangun tidur, dalam perjalanan, disiang hari, sedang mengerjakan sesuatu, sedang makan, sedang membaca surat kabar dan menonton acara TV. Matematika sebagai sarana berfikir deduktif, dikatakan sebagai bahasa dan mempunyai sifat kuantitatif, lahir dari berfilsafat dan berfikirnya seseorang.
Pembahasan matematika dilakukan dengan penjabaran secara logika, melihat obyek yang pada mulanya dari suatu fakta yang kemudian secara bertahap dengan olah fikir akan berkembang menjadi suatu konsep/prinsip dan terakhir perlunya suatu ketrampilan/skill dari apa yang kita pelajari itu.
.
Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah hanya untuk ibadah kepada-Nya (QS. Adz-DZariyat 51:56), manusia menjadi hamba yang sebaik-baiknya dihadapan Allah. Pengetahuan yang ada di dalam dirinya diarahkan kepada bagaimana ia dapat meningkatkan iman dan taqwa waktu demi waktu dari umur yang dijalaninya. Ayat-ayat Kauwniyah dalam Al-Quran (kurang lebih 850 ayat menurut Quraisy Shihab) yang di dalamnya ada ayat-ayat Sains dan Matematika, menjadi basis kajian untuk menuju ke arah itu.
Persoalan yang menarik untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut adalah apakah sumbangan Matematika dalam memantapkan pengamalan ajaran Islam sehingga dengan matematika semakin berimanlah orang-orang yang beriman.
Logika Matematika Meningkatkan Kekhusyu’an Shalat
Bagi diri kita sendiri untuk menyatakan shalat kita khusyu’ tidaklah pasti karena kekhusyu’an dilihat oleh orang lain, sukar kita sendiri melihatnya. Akan tetapi barangkali ada ciri-ciri khusyu’ yang dapat kita rasakan sendiri.
Khusyu’ itu berarti merasakan bahwa diri berada di hadapan Allah SWT; perasaan takut yang senantiasa ada di dalam hati ; perasaan tunduk yang timbul di dalam hati terhadap Tuhan yang mengetahui yang ghaib. Ada enam ciri-ciri khusyu’ (shalat) yaitu kehadiran hati, mengerti antara yang dibaca dan yang diperbuat, mengagungkan Allah, merasa gentar terhadap Allah, merasa penuh harap kepada Allah dan merasa malu terhadap-Nya.
Beberapa persoalan kadangkala terlintas dalam fikiran ketika sedang shalat, sehingga indikator tidak berkonsentrasi dalam bentuk itu menyebabkan kita lupa jumlah raka’at shalat. Kondisi shalat seperti itu akan selalu terjadi bila kita mendirikan shalat (aqimu = mendirikan, sebenarnya bukan berasal dari kata qama = berdiri), tetapi hendaknya shalat secara berkesinambungan dan sempurna (menurut mufasir Al-Qurthubi).
Konsep Logika Matematika
Untuk memecahkan masalah seringkali kita menggunakan fikiran, menemukan gasasan baru dan informasi. Proses menemukan ide itu dikatakan kita bernalar. Argumentasi dilakukan untuk sampai kepada suatu kesimpulan pemecahan masalah. Kaidah-kaidah dalam logika akan mempermudah kita untuk menilai apakah suatu argumen sampai pada suatu kesimpulan adalah sah atau valid atau tidak.
Di dalam logika suatu pernyataan (statement) atau proposisi adalah suatu kalimat yang kebenaran dan kesalahannya dapat ditentukan15.
Pembahasan tentang Logika Matematika dibatasi pada beberapa terminologi dan operasi dasar yang akan digunakan serta beberapa cara pengambilan kesimpulan yang sah. Hal ini berkaitan dengan perumusan jalan fikiran dimaksudkan untuk mempermudah seseorang mempelajari liku-liku fikiran yang terdapat dalam matematika.